Flamboyannews.com, Bengkulu – Petani kopi Bengkulu mengalami masalah. Meski harga jual kopi jenis robusta mengalami kenaikan Rp36 ribu per kilogram, namun akibat cuaca yang tidak menentu, hasil panen petani tahun ini merosot jauh ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengatakan, produktivitas kopi seharusnya dapat dikembangkan melalui proses budidaya yang efektif dan efisien sejak masa tanam, panen, pemangkasan, pemupukan, penyiangan secara rutin, dan juga memberikan pohon pelindung.
Baca Juga : Kepemilikan KTP Digital Masih Rendah, Dukcapil Kota Bengkulu Menyasar Ke OPD dan Kalangan Pemula
“Semoga keluhan petani kopi Bengkulu ini bisa menjadi catatan buat Kementerian Pertanian agar memperbaiki proses budidaya kopi di seluruh tanah air. Metode budidaya kopi di tanah air harus diarahkan agar kuat menghadapi berbagai bentuk perubahan cuaca yang tak menentu,” kata Hj Riri Damayanti John Latief, Selasa (30/05/2023).
Dewan Penasehat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Bengkulu ini menjelaskan, adanya keluhan petani kopi di Bumi Rafflesia yang tidak memiliki kopi untuk dijual justru saat harga sedang naik seharusnya menjadi dasar bagi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk melakukan evaluasi.
“Kementan harus menurunkan tim penyuluhannya kepada setiap petani kopi. Turun ke komunitas-komunitas petani yang ada di kabupaten-kabupaten hingga yang ada di kecamatan-kecamatan,” ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Keseragaman Pelayanan Perizinan Pemkab Seluma Gelar Bimtek
“Ajak petani saling bertukar informasi mengenai bagaimana proses budidaya kopi yang baik di tengah perubahan iklim yang terjadi saat ini, himpun datanya, kumpulkan jadi satu, simpulkan, sebarkan hasilnya agar seluruh petani tahu bagaimana proses budidaya kopi yang kuat dalam menghadapi cuaca ekstrem,” lanjut Hj Riri Damayanti John Latief.
Lulusan Magister Manajemen Universitas Bengkulu ini menekankan, popularitas kopi sebagai salah satu jenis minuman semakin meningkat di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia yang dapat dilihat melalui menjamurnya kedai kopi di berbagai kabupaten/kota.
Baca Juga : Optimalkan Layanan Kesehatan, Bupati Gusnan Mulyadi Lantik 35 P3K Tenaga Kesehatan
“Kopi ini bisnis yang sangat menjanjikan. Bukan hanya di kalangan orang tua di desa-desa, di kalangan anak muda pun di kota-kota malahan sekarang sudah jadi seperti gaya hidup. Sangat disayangkan saat harganya naik, barangnya justru tidak ada,” tandas Hj Riri Damayanti John Latief.
Data terhimpun, usai lebaran Idul Fitri, harga kopi melonjak naik. Misalnya di Kabupaten Kepahiang, harga sebelumnya hanya Rp21-23 ribu per kilogram melonjak menjadi Rp36 ribu per kilogram. Sayangnya, hasil panen petani merosot yang disinyalir hingga mencapai 50 persen. (DN)
Editor : Gina Rivaldo