Destinasi Wisata Saksi Bisu Kisah Patah Hati Seorang Gadis, Berikut Asal Usul Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu

Flamboyannews.com, Bengkulu – Jika berkunjung ke Bengkulu, jangan lupa mampir mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah.

Danau Dendam Tak Sudah terletak di Desa Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

Baca Juga : Waspadai Sejak Dini! Jangan Dipertahankan Jika 7 Tipe Teman Kamu Seperti Ini

Danau Dendam Tak Sudah merupakan kawasan yang sudah berstatus sebagai cagar alam sejak 1936.

Danau yang berada di wilayah seluas kurang lebih 577 hektar ini memiliki suasana yang asri dan hijau sejauh mata memandang.

Nama Danau Dendam Tak Sudah memang terdengar tak biasa.

Mengutip wikipedia, Minggu (23/07/2023) Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai asal usul nama Danau Dendam Tak Sudah, wisata alam di Bengkulu yang indah dan melegenda.

Menurut cerita warga setempat, buaya dari Danau Dendam Tak Sudah, bertarung melawan buaya asal Lampung, Provinsi Lampung di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan.

Dalam pertarung tersebut, buaya Danau Dendam Tak Sudah berhasil mengalahkan buaya asal Lampung.

Hanya saja, dalam pertarungan itu, buaya alas Danau Dendam Tak Sudah kehilangan ekor.

Konon pada saat itu, buaya buntung Danau Dendam Tak Sudah bersumpah pada buaya asal Lampung, dengan kutukan, “Kalau main ke Danau Dendam Tak Sudah tidak akan dikasih makan”.

Baca Juga : Cek Nama Daerahmu di Sini, Apakah Provinsi Kamu Sudah Hapus Pajak Progresif Kendaraan

Konon sejak adanya dendam buaya tersebut, maka danau disebut warga setempat menyebutnya dengan ‘Danau Dendam Tak Sudah’.

Warga sekitar Danau Dendam Tak sudah percaya bahwa buaya yang buntung itu sering muncul menjelang perayaan hari besar, seperti Hari Raya Idul Fitri.

Oleh karena itu, menjelang hari Idul Fitri, warga yang mendirikan pondok jualan di sekitar Danau Dendam Tak Sudah selalu menghentikan mencari ikan, berjualan, serta kegiatan lain.

Tidak hanya itu, kemunculan buaya ke permukaan danau juga dikaitkan dengan bencana yang melanda Kota Bengkulu.

Ketika Bengkulu diguncang gempa 7,3 Skala Richter (SR) tahun 2000 dan gempa besar berkekuatan 7,9 SR tahun 2007, buaya buntung dikabarkan muncul kepermukaan danau.

Lintah raksasa

Konon, dahulu kala ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua. Mereka yang tengah mabuk asmara memutuskan bunuh diri dengan loncat ke danau.

Baca Juga : Sprint Race Hari Libur, Jadwal Moto GP Inggris di TV Trans7, Lengkap dengan Live Streaming

Sejak saat itu, masyarakat Bengkulu percaya ada dua ekor lintah raksasa yang hidup di danau dan merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut. Mereka terus hidup dengan menyimpan rasa dendam lantaran cinta yang tak kesampaian.

Keramat Pintu Air

Danau yang saat ini menjadi kawasan Cagar Alam Dusun Besar (CADB) ini juga memiliki kuburan keramat bernama keramat ’Sapu Jagat’ atau keramat Pintu Air. Menurut cerita yang disampaikan secara turun-temurun, keramat tersebut merupakan keramat orang sakti, yang memilki ilmu.

Nama keramat tersebut oleh warga Suku Lembak, disebut keramat ‘Keramat Pitu Ayo’, yang berarti Keramat Pintu Air. Ada juga warga Suku Lembak menyebut nama keramat itu dengan nama Keramat ‘Jalan ke Ayo’.

Sayangnya, nama penghuni keramat tersebut, belum diketahui secara persis. Mengingat sejarah keramat tersebut, sudah ada sebelum penjajah datang ke Kota Bengkulu.

Setiap ada kegiatan lomba azan, lomba shalat, hingga panen, masyrakat menyempatkan diri hadir ke keramat tersebut. Khusus terkait panen, masyarakat membawa kue apem ke keramat sebagai bentuk syukur atas hasil panen padi yang melimpah.

Pada zaman penjajahan Inggris, pasukan kolonial sempat gagal menyerbu warga Suku Lembak akibat dihalau oleh Keramat Sapu Jagat. Menurut Kepercayaan warga, penghuni keramat ketika itu menurunkan hujan abu sehingga menghalangi penyerbuan.

Baca Juga : Lemeah “Masakan Bau” Asli Tanah Rejang Nan Gurih di Lidah

Keramat Danau

Selain Keramat Sapu Jagat, juga terdapat Keramat Danau di danau yang memiliki luas 577 hektare (Ha) dengan luas permukaan danau sekitar 67 Ha ini. Konon, Keramat Danau ini dijaga oleh Harimau Hitam dan Rusa Kelabu.

Pada suatu ketika, dilakukan pembangunan jalan di sekitar Keramat Danau yang terkena kemarau. Namun, ketika proyek dikerjakan, alat berat yang digunakan tidak bisa bisa berjalan. Oleh karena itu, proyek pembangunan jalan dialihkan ke tempat lain.

Cerita lain mengungkapkan, kehadiran Harimau Hitam dan Rusa Kelabu pernah disaksikan warga. Setelah menyaksikan kedua penghuni tersebut, warga bersangkutant idak dapat ditur selama lima hari lima malam. orang tersebut baru dapat tidur setelah dilakukan syukuran di Keramat Danau.

Baca Juga : Cek Nama Daerahmu di Sini, Apakah Provinsi Kamu Sudah Hapus Pajak Progresif Kendaraan

Dam tak sudah

Kisah lain terkait nama yang cukup aneh di telinga tersebut terkait dengan pembangunan dam oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Konon, koloni membangun bendungan.

Kawasan danau dapat menjadi tempat bersantai sambil menikmati kuliner khas Bengkulu, seperti kue perut pinai, lempuk durian, dan menyeruput kopi di warung sekitar danau.

Bagian danau yang menjadi favorit pengunjung adalah daerah pinggi jalan besar.

Masyarakat sekitar menjadikan Danau Dendam Tak Sudah sebagai tempat untuk menikmati sunrise.

Danau Dendam Tak Sudah memiliki tumbuhan endemik berupa anggrek pensil yang tumbuh disekitar pinggir danau.

Anggrek pensil juga dijuluki Ratu Anggrek, kini terancam punah. Pemerintah Bengkulu menetapkan Danau Dendam Tak Sudah sebagai kawasan konservasi flora ini.

Selain bersantai di sekitar danau, pengunjung juga dapat trekking di kawasan yang masih alami ini.

Beberapa fauna juga dapat ditemukan di kawasan sekitar danau, seperti burung kutilang maupun kera ekor panjang.

Editor : Gina Rivaldo